Banner 468 x 60px

 

Minggu, 06 Maret 2022

PERTAJAM KOMPETENSI

0 komentar

Dunia kerja saat ini membutuhkan sesuatu yang disebut kompetensi. Tidak heran jika pengangguran semakin banyak. Ada jurang yang besar antara dunia kerja dan dunia lapangan kerja. Tersedia banyak orang di lapangan kerja namun sayangnya tidak semua seperti yang dibutuhkan dunia kerja. Dunia kerja dsn lapangan pekerjaan bagaikan 2 orang yang ingin bertemu namun tak kunjung ketemu karena tidak bisa.

Ada persepsi yang berbeda antara dunia kerja (user) dengan dunia pencetak tenaga kerja (perguruan tinggi). Menurut dunia kerja, tenaga kerja yang mereka rekrut adalah orang yang siap bekerja, memiliki kompetensi dan kualitas kerja. Sedangkan menurut pencetak tenaga kerja (vendor/perguruan tinggi), tenaga kerja adalah ada semua mahasiswa yang sudah lulus dari kampus, baik yang memiliki kompetensi (kualitas) maupun yang tidak. 

Persepsi ini harus disamakan terlebih dahulu. User dan vendor perlu bertemu untuk mendiskusikan hal ini. Sebagai vendor tenaga kerja, perguruan tinggi harus membuka telinga dan hati untuk menerima masukan dari user. Kita tidak dapat memungkiri bahwa zaman sudah berubah. Perguruan tinggi yang jadi ujung tombak untuk meningkatkan kualitas SDM bangsa kita. Hak ini berarti perguruan tinggi adalah penentu terpenuhinya pasar kerja. Ini bukan sembarangan peran. Ini artinya tingkat pengangguran ditentukan juga oleh kualitas perguruan tinggi. 

Dalam data ada fenomena yang ironis. Satu sisi, pelaku usaha atau pengguna merasakan kesulitan mencari SDM seakan-akan manusia di Indonesia sudah tidak ada. Di sisi lain masyarakat yang mencari pekerjaan juga sulit mendapatkan pekerjaan. Ini ada gap / jurang yang sangat dalam yang memisahkan faktor demand of labor dan supply of Labor. Analoginya adalah seperti 2 orang yang mau ketemu tetapi susah ketemu.

Apa saja faktor yang membuat kedua dunia ini sulit bertemu? Kualitas SDM dan Infrastruktur.

Saya akan mengulas kedua aspek ini secara ringkas.

  1. Kualitas SDM. Persepsi antara bank dan SDM yang dikeluarkan oleh perguruan tinggi sangat berbeda. Bank pernah mengatakan bahwa: "kami berani bayar mahal untuk rekrut SDM, tapi kami tidak menemukan orang yang pas dengan kebutuhan kami." Padahal almamater setiap tahun mengeluarkan lulusan. "BCA yang butuh pegawai 40 saja sulit dapat. Apa yang menyebabkan? Apa yang jadi isu? Kalau BCA yang ngomong berarti ini seluruh Indonesia. Di Jakarta juga sama fenomenanya. Tapi toh mereka juga demikian." Orang yang baru keluar dari kampus itu layaknya baru jadi Barang Setengah jadi. Butuh waktu panjang untuk jadi yang barang jadi. 
  2. Infrastruktur. Saat ini cara belajar dan media yang digunakan untuk belajar masih terbatas. Saat mahasiswa keluar dari kampus tidak seindah yang mereka dengar di kampus. Negara2 Skandinavia bisa membuat SDM mereka sangat keren. itu negara yg paling maju SDMnya. Anak-anak  perlu disuruh belajar sesuai hoby. Tidak dengan aturan-aturan yang seragam sehingga mereka fokus atau ahli di bidang yang mereka anggap susah. 

Ada fenomena yang seperti ini: dia sudah sarjana akuntansi, tetapi tak sadar. Dia tidak siap. Pendekatan untuk kasus seperti ini adalah learn by doing. Dipicu dengan silabus dan beri proyek. Pendekatannya memang harus interaktif. Banyak kelemahan dari mahasiswa; mereka tidak siap masuk lapangan kerja. Sampaikan pendapat saja tidak berani. Dosen juga mungkin belum siap hadapi perbedaan pendapat. Ini masalah yang paling mendasar. 

Ilmu sangat mudah diperoleh. So softskill yang ditingkatkan. Beri mereka pendapat untuk sampaikan pendapat. 

Sebagai dosen, dekatkan anak-anak dengan IT. How do PowerPoint. Challenge mereka untuk presentasi. Minimal 10 orang presentasi 1 kelas. Nilai dari UAS dan UTS bobotnya 30%. Bobot terbesar adalah interaktif dan karakter. Selain itu, ajarkan mereka bagaimana cara berbicara di depan publik. Kalau hanya dengar dari dosen: mereka dapat sarjana saja. Skill nya tidak. Dosen harus menstimulus apa anak utk aktif, berkompeten dan berkarakter baik.

Ada beberapa stimulus yang dapat diberikan bagi mahasiswa, antara lain:

  • Kemampuan bahasa asing
  • Kemampuan IT (membuat slide, presentasi yang bagus). Beri tugas saja dan suruh mereka. 

0 komentar:

Posting Komentar