Banner 468 x 60px

 

Selasa, 01 Maret 2022

MEMULAI PERJALANAN

0 komentar

Subuh ini saya terbangun dari tidur pulas. Tiba-tiba terbangun. Saya dibangunkan oleh ingatan akan artikel yang saya baca tadi malam. Semalam saya membaca sebuah artikel penuh makna dengan judul "Rayakan Ulang Tahun, Dosen di Aceh Rilis 44 Buku". Artikel ini seperti menampar saya yang sudah lama tertidur dalam kenyamanan. Pagi itu, saya menyalakan laptop dan dengan sendirinya kekuatan itu datang untuk memulai perjalanan menulis itu. Literasi memang harus dimulai dengan ketekunan dan kekuatan hati. Alasannya, akan ada musim dimana seseorang menjadi lelah dan malas. Ini yang saya alami satu tahun belakangan ini. Saya memang melakukan penulisan artikel ilmiah dan mengirimkannya kepada Jurnal agar dapat dimuat, namun saya merasa tidak begitu disiplin. Tidak sedisiplin penulis-penulis lain, salah satunya penulis yang artikelnya membangunkan saya dari tidur panjang ini. Penulis senior ini menghabiskan waktu setiap hari untuk menulis minimal 400 kata per hari. Setiap hari. 

Inilah unsur ketekunan itu. Di dalam musim apapun, seorang expert (ahli) ataupun calon expert harus berlatih. Seorang penulis berlatih menulis. Seorang dosen, berlatih membaca, belajar, dan menulis. Seorang pemusik berlatih main alat musik. Seorang atlit lari berlatih lari di lapangan. Ini unsur yang harus dilakukan oleh seorang ahli atau calon ahli. Saya teringat sebuah kata pepatah yang berbunyi "seribu langkah selalu diawali dengan satu langkah."

Perjalanan seorang penulis tidak dibangun satu dua hari. Perjalanan panjang itu dibangun bertahun-tahun bahkan seumur hidup. Niat menulis juga harus berangkat dari hati nurani. Mengapa? Karena sesuatu yang lahir dari hati akan menyentuh hati. Penulis yang menulis dengan hati akan menancapkan pesan ke hati pembaca juga. Memang tidak dapat digeneralisasi juga, namun kecenderungannya seperti itu. 

Teringat saya pada satu pengalaman unik dan bermakna dari seorang penulis yang juga berprofesi sebagai dosen. Beliau mengabiskan waktu hampir 18 jam per hari untuk menulis. Wow! Nyaris 24 jam. Sehari penuh. Beliau selalu mulai menulis di pukul 02.00 subuh dan bisa selesai di besok malam. Saya yakin beliau pasti mencintai pekerjaan menulis. Beliau menulis dengan hati sehingga rela menghabiskan waktu begitu banyak di depan laptop. Beliau menyatakan kesenangannya ketika melihat naskah telah selesai. 

Menulis tidak dapat kita anggap remeh. Menulis itu proses mengikat ilmu sehingga tidak boleh sembarang menulis. Pastikan kita tidak berasumsi dengan tulisan kita namun based on data. Let data speaks. Ini menyiratkan bahwa penulis harus jujur. Jangan membuat justifikasi agar asumsi kita diterima. Menjadi penulis harus menulis sesuai data, berusaha memahami data, dan apa yang didengar serta dilihat di lapangan. Ini alasannya mengapa pekerjaan menulis harus dimulai dari hati nurani.

Tulisan di awal perjalanan ini mengingatkan saya secara pribadi agar menjadi penulis yang jujur dan tidak bersandar pada pengertian sendiri. Untuk memulai setiap perjalanan, apapun perjalanan itu, pastikan kita memulainya dari HATI.


0 komentar:

Posting Komentar